Easter (Old English: Ēostre; Greek: Πάσχα, Paskha; Aramaic and Hebrew: פֶּסחא Pasḥa,) is the central feast in the Christian liturgical year.[1] According to the Canonical gospels, Jesus rose from the dead on the third day after his crucifixion. His resurrection is celebrated on Easter Day or Easter Sunday[2] (also Resurrection Day or Resurrection Sunday). The chronology of his death and resurrection is variously interpreted to be between AD 26 and 36, traditionally 33.
Easter marks the end of Lent, a forty-day period of fasting, prayer, and penance. The last week of the Lent is called Holy Week, and it contains Good Friday, commemorating the crucifixion and death of Jesus. Easter is followed by fifty-day period called Eastertide or the Easter Season, ending with Pentecost Sunday.
Easter is a moveable feast, meaning it is not fixed in relation to the civil calendar. It occurs during the spring, in March or April; the method for determining the date of Easter Sunday is complex, based on lunisolar calendar.
Easter is linked to the Jewish Passover by much of its symbolism, as well as by its position in the calendar. In many European languages, the words for "Easter" and "Passover" are etymologically related or homonymous.[3] The term "Pascha", from the same root, is also used in English to refer to Easter.
Easter customs vary across the Christian world, but decorating Easter eggs is a common motif. In the Western world, customs such as egg hunting and Easter Bunny extend from the domain of church, and often have a secular character.
Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri.
Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah.
Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya…
Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.
Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur - disakiti, diperhatikan - dikecewakan, didengar - diabaikan, dibantu - ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.
Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.
Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.
Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.
Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis. Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.
Ingatlah kapan terakhir kali kamu berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping kamu ?? Siapa yang mengasihi kamu saat kamu merasa tidak dicintai ?? Siapa yang ingin bersama kamu saat kamu tak bisa memberikan apa-apa ??
MEREKALAH SAHABATMU
Hargai dan peliharalah selalu persahabatanmu